Tugas
ke 2 Kesehatan Mental
Kelompok :
5
Kelas :
2PA14
1)
Penyesuaian Diri & Pertumbuhan
a.
Penyesuaian Diri
1)
Definisi
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak pernah
tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam
keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme/individu
berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempurna seperti itu tidak
pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang
hayat dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapaipribadi yang sehat.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment
atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan
personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan
sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan
mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan
adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan
kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah
proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan
yang terjadi sebelumnya.
2)
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua
aspek, yakni penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya
kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A.
Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya
rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau
tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau
kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan
penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan
dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara
individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang
menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan
kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
B.
Penyesuaian
Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari
proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan
sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk
mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam
bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian
sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat
individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut
mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga,
sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan
dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat
istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh
eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau
dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup
untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk
mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya
yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk
mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat
biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.
Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan
kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga
menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola
tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan
kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan
mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial
dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego),
yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan
kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh
masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh
masyarakat.
3)
Penyesuaian Diri yang Positif
Ada beberapa penyesuaian diri yang positif menurut Supriyono
(2008), diantaranya yaitu :
A.
Mampu memerima dan memahami diri
baik kelebihan dan kekurangan.
B.
Mampu menerima dan menilai kenyataan
diluar dirinya secara objektif.
C.
Mampu bertindak sesuai dengan
potensi.
D.
Memiliki perasaan aman yang memadai.
E.
Rasa hormat dan mampu bertindak
toleran kepada sesama.
F.
Bersikap terbuka dan sanggup
menerima umpan balik.
G.
Memiliki kestabilan psikologis
terutama kestabilan emosi.
H.
Mampu bertindak sesuai norma yang
berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
b.
Pertumbuhan Personal
1)
Definisi
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
2)
Aspek-aspek yang
Memfasilitasi Pertumbuhan Personal
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang
memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan, yaitu sebagai berikut
:
A. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau
menyadari kenyataan.
B. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
C. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau
berempati terhadap orang lain.
3)
Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Personal
Ada 3 faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan personal, yaitu :
A.
Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh yang
berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
B.
Faktor Geografis
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
C.
Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak
kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah
komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan
pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
2)
Stress
a.
Arti Penting stress
1)
Definisi Stress
Kata “stress” bisa diartikan berbeda-beda bagi setiap
individu. Sebagaian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau
respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai
bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi juga bisa fatal. Semuanya tergantung
kepada para penderita.
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan stres
psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang
dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui
kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Stres juga bisa berarti
ketegangan, tekanna batin, dan konflik yang berarti.
Menurut Robert S. Fieldman (1989), stres adalah suatu
proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang,
ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja
positif atau negatif. Sesuatu yang didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan
atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
Menurut Hans Selye (2001) stres adalah respon tubuh
yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila
seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada suatu atau lebih organ
tubuhnya sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distress. Pada gejala stres, gejala
yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik, tetapi dapa
pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai
konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan
eustres.
Selain itu stres adalah suatu tuntutan yang mendorong
organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sedangkan stresor adalah
suatu sumber stres.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa stres adalah suatu keadaan yang membebani atau membahayakan kesejahteraan
penderita, yang dapat meliputi fisik, sosial, atau kombinasinya.
Arti
penting stres, respon tubuh yang
bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
b.
Tipe-tipe Stres Psikologis
Menurut Maramis
(1990) ada 4 tipe stres psikologis, yaitu :
1)
Tekanan
Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran
dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber
tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah
sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan
ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan
individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di
tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan
sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu
tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia
boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda.
2)
Frustasi
Adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang
terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3)
Konflik
Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
4)
Kecemasan
Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli
dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.
c.
Symptom-Reducing Response terhadap Stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya
waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi
kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme
pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang biasa digunakan
individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress :
1)
Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi
orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan
bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap
dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang
ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku
seperti dosennya.
2)
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi
mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk
dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah
memuaskan.
3)
Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak
mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan
tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang
anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan
menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman
untuk mengobrol.
4)
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif
dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan
derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi
petinju atau tukang potong hewan.
5)
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin
sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada
orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya
seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak
menyukainya.
6)
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang
lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan
pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7)
Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala
fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak
wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8)
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima
dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia
dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9)
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara
sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10)
Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak
menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang
menjadi pantangannya.
11)
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik
frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis
yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari
perkumpulannya.
12)
Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik
diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria
yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan
berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13)
Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
14)
Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan.
Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang
karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat
berlangsung.
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta
mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu dapat juga
menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress
“minor”.
Coping strategy merupakan koping
yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau
stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan
beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan
cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan
menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu
stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam
koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu
yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar
pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan,
mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain
sebagainya.
Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah, peranan
obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di
saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres.
Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena
stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan
serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik
terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan
secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup
dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang
jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”.
Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian
tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi
semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi
menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi
yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah
pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi
stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan
terus ada dalam hidupnya.
d.
Pendekatan “problem solving” terhadap Stress
Salah satu cara dalam
menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif
karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti
yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara
spiritual (mengarah pada Tuhan).
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress, menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan penanganan
yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau coping
terdiri dari dua bentuk, yaitu : Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah istilah Lazurus untuk strategi kognitif
untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Coping yang berfokus pada
emosi (problem focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress
diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
Strategi Penanganan stress dengan mendekat dan menghindar , Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stress dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut
dengan cara mengahadapi penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara
langsung. Strategi menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
Daftar
Pustaka
Ali, M.
& Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. PT
Bumi Aksara : Jakarta
Fatimah, N.
(2006). Psikologi perkembangan. Pusaka Setia : Bandung
Fausiah, fitri. (2007). Psikologi abnormal. UI press : Jakarta
Halgin, R.(2010). Psikologi abnormal. Salemba
Humanika : Jakarta
Kartini
& Kartono (2003) .kamus psikologi.
Pionir Jaya : Bandung
Munandar.(2001). Psikologi industry dan organisasi. Universitas Indonesia
(UI-Press) : Jakarta
Nevid, S.(2002). Psikologi
abnormal. Erlangga : jakarta
Samiun, Y.
(2006). Kesehatan Mental 1.
Kanisius : Yogyakarta
Siswanto. (2007). Kesehatan mental; konsep, cakupan, dan
perkembangannya. C.V Andi Offset : Yogyakarta
Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Supriyo.
(2008). Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Nieuw Setapak :
Semarang
Semarang


Tidak ada komentar:
Posting Komentar