Tugas ke 4 Kesehatan Mental
Kelompok : 5
Kelas : 2PA14
A. Mengubah
sikap terhadap pekerjaan
Sikap
(attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi,
karena sikap sering digunakan untuk mera,alkam tingkah laku, baik tingkah laku
perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku bangsa. Sikap selain dapat berbentuk
sikap perorangan (individual), juga dapat berbentuk sikap social. Sikap individual
adalah sikap yang diyakini oleh individual tertentu, sedangkan sikap social
adalah sikap yang diyakini (dianut) sekelompok orang terhadap suatu objek.
Pekerjaan
dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik
kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar
sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan
tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja
menjadi lebih baik. Baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih
terpenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, dan mereka menghindari aktivitas
yang menjadikan mereka buruk. Dan disini, atasan berperan penting dalam
mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai
kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai
pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manager
dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat,
diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut sehingga
memunculkan sikap take and give.
Pembentukan
sikap tidak terjadi begitu saja,melainkan melalui kontak social terus menerus
antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini,
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah Faktot Intern, yaitu
factor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti selektivitas.
Penyeleksian (selektivitas) diperlukan karena rangsangan yang dating dari luar
(lingkungan) tidak seluruhnya dapt diresap oleh individu, oleh karena itu
seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan “diperdalam” dan
rangsangan-rangsangan mana yang tidak ingin “diperdalam”. Kemudian faktor
ekstern adalah factor-faktor yang terdapat diluar diri individu, yaitu sifat obyek
yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat
orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan sikap, dan situasi pada saat itu dibentuk.
B. Proses
dalam memilih pekerjaan
Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup atau memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia akan mau
dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada posisi dengan
jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila mana ia bisa
memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti bahwa
perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya pemenuhan
kebutuhannya.
Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan kemampuanya,
para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu mengikuti seleksi yang
diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk mencari calon tenaga kerja
yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam bidang yang dicari oleh
pihak perusahaan. Ada enam tahapan yang harus dijalani oleh seorang calon
tenaga kerja, yaitu:
1. Tahap penyerahan surat lamaran
1. Tahap penyerahan surat lamaran
2. Tahap wawancara
awal
3. Tahap ujian
psikotes (wawancara)
4. Tahap penilaian
akhir
5. Tahap
pemberitahuan wawancara akhir
6. Tahap penerimaan
Jika seorang individu
sudah mampu melewati semua tahapan seperti diatas maka individu tersebut akan
ditempatkan pada posisi dan porsi sesui dengan kemampuan yang ia miliki.
Apabila dalam proses melakukan kegiatan bekerja individu tersebut merasakan
tidak adanya kenyamanan dalam bekerja maka motivasi untuk bekerjanyapun rendah,
dan hasil bekerjanyapun tidak sesuai dengan harapan.
C. Memilih
pekerjaan yang cocok
Memilih pekerjaan yang
tepat memang perlu proses, bukan hanya disandarkan akan adanya peluang tapi
juga berdasarkan kemampuan dan bakat yang anda miliki. Salah satu cara untuk
memilih pekerjaan yang baik yaitu dengan mencocokan antara pekerjaan dan
kepribadian. Berikut beberapa kepribadian yang bisa menjadi dasar untuk memilih
pekerjaan yang cocok diantaranya :
1. Konvensional
yaitu memiliki kepribadian yang menyukai dengan aturan, prosedur tetap, jadwal,
instruksi ketimbang harus berfikir dengan ide kreatif. Pekerjaan yang tepat
untuk pribadi konvensional ini adalah akuntan, aktuaria, inspektur keamanan,
keuangan, perencana keuangan, dan penulis teknis.
2. Realistik
adalah orang yang menyukai hasil akhir, menyukai persoalan dan masalah yang
harus dipecahkan. Mereka senang bekerja di luar ruang, bekerja dengan mesin,
alat-alat berat, dan perhiasan. Pekerjaan yang baik untuk tipe realistik adalah
ahli elektro, ahli nuklir, dokter gigi, dan ahli kunci.
3. Sosialis
yaitu orang yang senang dengan kegiatan sosial membantu penderitaan orang
banyak. Mereka pandai berkomunikasi, bekerjasama dengan team dan merasa nyaman
dalam berinteraksi dengan orang lain. Pekerjaan bagus adalah pelatih pribadi,
psikolog sekolah, bimbingan siswa, guru, relawan dan motivator.
4. Penyelidik
merupakan orang yang senang bekerja sendiri, menyelidiki sesuatu, menggunakan
logika, menyelesaikan masalah dan misteri, menyatukan masalah yang tercerai,
presisi, dan ilmu pasti. Profesi yang tepat yaitu analis sistem komputer,
optometris, profesor ilmu alam, insinyur piranti lunak, dan pelaku statistik.
5. Wirausahawan
yaitu orang yang pandai melihat peluang dan berani mengubahnya untuk suatu
keuntungan. Pribadi wirausaha selalu action apabila melihat peluang dan mereka
pun memiliki kemampuan memimpin dan mengorganisir sumber daya. Pekerjaan yang
cocok adalah agen sales di advertising, pekerja finansial, analisis manajemen,
direktur program, sales manager dan pastinya membuat usaha sukses sendiri.
Dalam memilih suatu pekerjaan seorang
individu harus pintar-pintar melakukan penyesuaian diri terhadap suatu
lingkungan baru dimana ia bekerja agar dapat menciptakan suasana kerja yang
kondusif dan nyaman. Selain itu apabila seorang individu sudah pernah merasakan
kondisi-kondisi dimana ia bekerja tidak adanya kenyamanan dan akhirya ia
memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu maka individu tersebut akan lebih
berhati-hati dalam memilih pekerjaan yang berikutnya. Ia lebih teliti atau
lebih peka terhadap suatu bidang pekerjaan yang akan dia cari dan melakukan
survey secara tidak langsung (mencari informasi tentang kondisi perusahaan yang
berkaitan). Apabila dia sudah merasa yakin dengan kondisi dan system-sistem
diperusahan tersebut maka ia baru merasa mau untuk bekerja diperusahaan
tersebut. Jadi lingkungan kerja atau kondisi kerja dapat mempengaruhi cocok
atau tidaknya seseorang didalam perusahaan atau didalam bidang pekerjaan yang
ia tekuni.
D. Penyesuaian
diri dalam pekerjaan
Dawis
dan Lofquist (1984) mendefinisikan penyesuaian bekerja sebagai “proses
berkelanjutan dan dinamis di mana seorang pekerja berusaha untuk mencapai dan
mempertahankan korespondensi dengan lingkungan kerja”. Ada dua komponen
utama untuk memprediksi penyesuaian kerja: kepuasan dan kualitas memberikan
kepuasan yang cukup untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan (satisfactoriness). Kepuasan
mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu dan persyaratan dipenuhinya
pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness menyangkut penilaian orang
lain, dari sejauh mana individu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya.
Ketika
nilai-nilai dan kemampuan yang cocok dengan Pola Kemampuan Kerja dan Pola
penguat Kerja, konselor memiliki tiga alat yang tersedia: Pentingnya Minnesota
Kuesioner bentuk laporan, manual GATB (Departemen Tenaga Kerja Amerika, 1979),
dan Minnesota Occupational Reinforcer Patterns (MOSC). Semua dapat membantu
dalam mengidentifikasi pekerjaan. Yang berguna bagi klien untuk mengeksplorasi
lebih lanjut. Selain itu, konsep yang relatif baru namun bermanfaat adalah
bahwa gaya penyesuaian. Konsep ini menyangkut tingkat kesesuaian antara orang
dan lingkungan. Empat kualitas ini cocok menggambarkan: fleksibilitas,
keaktifan, reactiveness, dan ketekunan. Semua alat ini dapat membantu klien dan
konselor menggunakan kekayaan informasi dan mempersempit jumlah alternatif
kerja sehingga klien dapat memiliki sejumlah pilihan. Ketika klien mengambil
Minnesota Importance Questionnaire, mereka menerima nilai pada enam nilai-nilai
dan kebutuhan dijelaskan sebelumnya 20 pada 90 sebuah pekerjaan.
E. Waktu
luang
Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu senggang adalah waktu yang tidak
sibuk. Waktu luang identik dengan bermalas-malasan, dan tidak melakukan
apa-apa. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat
diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan
dimanfaatkan sesuka hati. Jangan sampai kita mengisi waktu luang kita
dengan hal-hal yang tidak berguna dan tidak menambah wawasan pengetahuan kita,
contohnya berolahraga, membersihkan meja belajar/meja kerja, membaca Koran,
browsing hal-hal yang berguna, belajar bahasa asing, membersihkan halaman
rumah, dsb. Mengisi waktu luang ini tentu saja memiliki manfaat. Bagi Anda
sendiri, manfaat mengisi waktu luang yaitu: bisa meningkatkan kesejahteraan
jasmani, meningkatkan kesegaran mental dan emosional, membuat kita mengenali
kemampuan diri sendiri, mendukung konsep diri serta harga diri, sarana belajar
dan pengembangan kemampuan, pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani,
mental, intelektual, spiritual, maupun estetika, dan melakukan
penghayatan terhadap apa yang Anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi.
Selain itu pengisian waktu luang juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan
sosial, seperti : meningkatkan daya kerja sehingga memacu prestasi dan
produktivitas, menambah konsumsi sehingga meningkatkan lapangan kerja, mengurangi
kriminalitas dan kenakalan, meningkatkan kehidupan bermasyarakat.
Memiliki waktu luang sangat menyenangkan. Akan tetapi,
waktu luang yang tak tertata bisa membuat kita stres. Bermalas-malasan atau
membuang waktu luang biasanya tak menciptakan rasa bahagia. Anda mungkin malah
merasa bersalah dan boros. Ini membuat kita semakin stres. Untuk mengatasi hal
itu, kita hanya butuh merencanakan dengn baik apa yang akan kita lakukan di
waktu luang, hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif.
2.
Self-directed changes
A. Konsep
dan pengertian self-directed changes
Self-directed changes adalah
sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah
yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung. Kalau kita tidak
bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai
dorongan untuk mengubah diri. Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan
perubahan pribadi dengan melalui tahapan:
1. Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan
diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu
dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan
oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga
adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
2. Menetapkan tujuan
Dimaksudkan
untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti
dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan
hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di
masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3. Pencatatan perilaku
Menguatkan
perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang
pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang
mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah
dilakukan.
4. Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi
perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap
dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu
individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5. Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman
dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam
melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang
dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi
aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6. Menerapkan perencana intervensi
Membawa
perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman
nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual.
Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses
pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
7. Evaluasi
Faktor yang
penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting
untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil
pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Atwater, E. (1983). Psychology of Adjustment, Personal Growth in a
Changing Worls, 2nd Ed. New Jersey : Prentice Hall
Munandar, A.,S. (2008). Psikologi
Industri dan Organisasi,Jakarta : PT Gramedia
Gibbons, M. (2002). The Self-Directed
Learning Handbook. Jakarta : Gema Insani Press
Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence ( Kecerdasan Emosional ). Jakarta : PT
Gramedia
Goleman, D. (2004). Primal Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta : PT
Gramedia
Khavari, K.,A. (2006).
The Art of
Happiness. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta
Schultz, D. (1983). Psikologi
Pertumbuhan, Model-Model kepribadian yang Sehat. Yogyakarta : Kanisius,


Tidak ada komentar:
Posting Komentar